Selasa, 01 Januari 2013

IRI TIADA HENTI

Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang
kaya. Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia
berubah menjadi orang kaya.
Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus
memberi jalan kepada seorang pejabat. Iri dengan status
pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat.
Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik
matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah
menjadi matahari. Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah
awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tibatiba
ia berubah menjadi awan. Ketika ia sedang berarak di langit,
angin menyapunya. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia
berubah menjadi angin.
Ketika ia sedang berhembus, ia tak kuasa menembus gunung.
Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi
gunung. Ketika ia sedang bertengger, ia melihat ada orang yang
memecahnya. Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun
sebagai pemecah batu. Ternyata itu semua hanya mimpi si
pemecah batu.
Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak
ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan
ini baik-baik saja kok... sampai Anda mulai membandingbandingkan.
Kata Sang Guru: “Rasa berkecukupan adalah kekayaaan terbesar.”
Pengejaran keuntungan, ketenaran, pujian, dan kesenangan
bersifat tiada akhir karena roda kehidupan terus berputar, silih
berganti dengan kerugian, ketidaktenaran, celaan, dan
penderitaan. Inilah delapan kondisi duniawi yang senantiasa
mengombang-ambingkan kita sepanjang hidup.
Kebahagiaan terletak pada kemampuan untuk mengembangkan
pikiran dengan seimbang, tidak melekat terhadap delapan
kondisi duniawi.
Boleh-boleh saja kita menjadi kaya dan terkenal, namun orang
bijaksana akan hidup tanpa kemelekatan terhadap delapan
kondisi duniawi. Kebahagiaan sejati tidaklah terkondisi oleh apa
pun. Be Happy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar